Mengatasi hambatan dalam konstruksi berkelanjutan: kesadaran, biaya awal, ketersediaan bahan, kebijakan, dan kesadaran konsumen kunci utama. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat diperlukan untuk mempercepat perubahan menuju praktik konstruksi yang lebih ramah lingkungan.
Sisca Ainun Nissa
- Kreator Kursus Sipil -
Konstruksi berkelanjutan menjadi sorotan utama dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari pembangunan. Namun, dalam praktiknya, masih banyak hambatan yang menghambat penerapan konstruksi berkelanjutan secara luas. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri konstruksi, dan masyarakat umum.
Salah satu hambatan utama adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang konstruksi berkelanjutan. Banyak pihak terlibat dalam industri konstruksi yang masih belum memahami secara menyeluruh konsep dan manfaat dari pendekatan ini. Pendidikan dan pelatihan yang lebih luas tentang praktik konstruksi berkelanjutan perlu diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran.
Salah satu alasan utama yang sering kali menjadi hambatan adalah biaya awal yang lebih tinggi untuk menerapkan teknologi dan materi konstruksi berkelanjutan. Meskipun dalam jangka panjang konstruksi berkelanjutan dapat menghasilkan penghematan biaya operasional dan lingkungan yang signifikan, namun investasi awal yang diperlukan dapat menjadi kendala bagi banyak pengembang dan kontraktor.
Ketersediaan bahan bangunan ramah lingkungan masih menjadi tantangan dalam industri konstruksi. Meskipun ada peningkatan dalam produksi dan distribusi bahan bangunan seperti kayu ramah lingkungan, cat berbahan dasar air, dan material daur ulang, namun masih dibutuhkan lebih banyak inovasi dan investasi dalam pengembangan bahan bangunan yang benar-benar berkelanjutan dan mudah didapatkan.
Kebijakan dan regulasi yang tidak mendukung seringkali menjadi hambatan dalam mendorong adopsi konstruksi berkelanjutan. Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang mendorong penggunaan teknologi dan praktik konstruksi yang ramah lingkungan, serta memberikan insentif kepada pihak-pihak yang berinvestasi dalam pembangunan berkelanjutan.
Kesadaran konsumen tentang pentingnya konstruksi berkelanjutan juga merupakan faktor penting. Konsumen perlu lebih sadar akan dampak lingkungan dari bangunan tempat tinggal atau tempat kerja mereka, serta memahami nilai jangka panjang dari investasi dalam konstruksi berkelanjutan.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak terkait. Pendidikan dan sosialisasi tentang konstruksi berkelanjutan perlu ditingkatkan, sementara pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mendukung dan memberikan insentif kepada pelaku industri. Industri konstruksi juga perlu terus mendorong inovasi dan pengembangan bahan bangunan ramah lingkungan. Dengan kerja sama yang kokoh dan komitmen bersama, kita dapat mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam industri konstruksi.
Sumber: Willar, D. & Trigunarsyah, B. (2021). Hambatan Penerapan Konstruksi Berkelanjutan: Perspektif Pemerintah. Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol. 27, No. 1, 18-28.